Tidak Seperti Itu...
Entah berapa banyak kata yang terucap. Berapa banyak waktu yang terlewati. Dan hal-hal yang datang silih berganti. Apa yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah suatu kebetulan. Karena aku percaya, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Tuhan berkehendak di dalamnya. Dan semua ada hikmahnya.Aku tak tahu apa yang harus kutulis malam ini sebagai ungkapan rasa syukurku. Karena Tuhan telah berjanji akan menambahkan nikmatNya jika kita pandai bersyukur. Dan caraku bersyukur, mungkin, salah satunya dengan menulis. Dengan begitu, aku sadar dan paham, betapa bergantungnya aku pada Sang Pemilik Hati.
Aku tak bisa melupakan kenangan-kenangan itu. Baik buruknya sebuah kenangan, semua kan terasa indah bila kita bisa memaknainya dan melihat dari sisi yang positif. Tak kan habis sebuah perkara bila hanya melihat sisi negatif dan selalu mencari kekurangan. Ingat, selalu kita mendengar istilah "tak ada manusia yang sempurna". Tapi amat sangat jarang mendengar "setiap orang mempunyai kelebihan". Lantas, apa yang ingin digapai dari sebuah kenangan?Aku masih ingat hari dimana kamu memesan tiket. Dan di hari keberangkatanmu, engkau hampir terlambat. Sempat terjatuh di asrama sebelum naik taksi. Hanya sebuah tas jinjing yang engkau bawa. Seingatku, kapalmu berlayar tepat pukul 10.00 pagi. Aku tak tahu bagaimana keadaanmu di kapal saat itu. Karena aku tak bisa mendampingimu. Akankah dirimu merasa sendiri? Ataukah kesepian? Mungkinkah engkau sakit? Entahlah. Aku hanya berharap engkau aman dan nyaman dalam perjalananmu.
Aku tahu, engkau begitu antusias melihat kota asalmu yang sekian bulan kau tinggal. Ada sedikit kekesalan dari raut wajahmu karena kapal tak kunjung merapat ke pelabuhan. Menurut ceritamu, kencangnya angin menyebabkan kapal urung sandar pada pukul 08.30 pagi. Dengan berbekal telepon genggam, engkau telpon bundamu yang telah lama menanti kedatanganmu. Tampak juga kakak perempuanmu dan adik kecilmu. Mereka tampak antusias dan sedikit heboh ketika kamu bertemu kembali dengan mereka. Naik angkot ke rumah, itulah keinginanmu beberapa hari sebelum kembali ke kota asalmu. Rintik hujan yang turun lembut, seakan terharu menyambut kedatanganmu kembali. Kepulanganmu yang mendadak bisa menjadi kado spesial bagi sahabat-sahabatmu yang telah lama menantimu. Mereka merindukanmu. Pun dirimu, merindukan mereka. Tiba di rumah, engkau disambut hangat oleh sosok yang engkau panggil dia "papa". Suasana rumah yang hangat seakan mengusir dinginnya hujan disertai angin. Terlihat jelas dari wajah-wajah mereka, sangat bahagia dengan kepulanganmu. Syukurlah.Aku hanya meminta maaf darimu atas kesalahan yang selama ini kulakukan padamu. Maaf karena aku tak bisa menemanimu. Maaf karena aku tak bisa mengantarmu. Maaf karena tak bisa melihatmu berkumpul dengan keluargamu. Maaf karena beberapa sikapku yang salah dan keliru. Iya. Kuakui aku salah. Aku memang bersalah. Dan tak ada yang dapat kuperbuat selain meminta maaf padamu.